MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN III
DISUSUN OLEH :
1. Renita Sutristiasih (201215401030)
AKADEMI
KEBIDANAN YAYASAN RUMAH SAKIT JAKARTA
JAKARTA
2013
PENGERTIAN NIFAS
Masa
nifas normal (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. Berikut perubahan fisiologi masa nifas
PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL ATAU DIASTASIS
RECTIE ABDOMINIS
Adaptasi
system musculuskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa nifas. Adaptasi ini Sistem
muskuluskeletal pada ibu selama pemulihan atau postpartum termasuk penyebab
relaksasi dan kemudian hipermobilitas sendi serta perubahan pada pusat
gravitasi adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal
yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pembesaran berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilitas sendi lengkap akan terjadi pada
minggu ke 6 sampai ke 8 setelah wanita melahirkan. Namun, kaki ibu belum
mengalami perubahan yang berarti yang seringkali masih membutuhkan
sandal/sepatu yang lebih besar (Bopak,1995)
Dinding abdominal
lembek setelah proses persalinan karena peregangan selama kehamilan. Semua
wanita puerperal mempunyai beberapa derajat tingkat diastasis recti, yang
merupakan separasi dari otot rectus abdomen. Beberapa parah diastasis ini
adalah tergantung pada sejumlah faktor termasuk kondisi umum wanita dan tonus
otot, apakah wanita berlatih dengan setia untuk memperoleh kembali kesamaan
otot abdominalnya, pengaturan jarak kehamilan (apakah dia mempunyai waktu untuk
memperoleh kembali tonus ototnya sebelum kehamilan selanjutnya) dan apakah
kehamilannya mengalami overdistensi abdomen seperti kehamilan ganda.
a. Dinding
perut peritoneum
Setelah
persalinan, dinding perut longgar karena direnggang begitu lama tetapi biasanya
pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi
diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut
digaris tengah hanya terdiri dari perineum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang
lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
b. Kulit
abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa
kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan. Melalui latihan postnatal, otot0otot dari dinding abdomen
seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
c. Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang secara sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu
postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus
rektus abdonishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum,
aktifitas, paritas, jarak kehamilan yang . dapat menentukan berapa lama tonus
otot kembali normal.
d. Perubahan
ligament
Ligament-ligament dan diafragma pelvis
serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor mengakibatkan letak uterus menjadi retrofeksi. Tidak
jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan oleh karena
ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
e. Simpisis
pubis
Meskipun
relative jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab
utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidak mampuan jangka
panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis
disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur atau saat berjalan.
Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan
tanpa bantuan sementara pada kebanyakan wanita gejala menhilang setelah
beberapa waktu.
PERUBAHAN
SISTEM ENDOKRIN
Keadaan
hormone plasenta menurun dengan cepat, hormone plasenta laktogen tidak dapat
terdeteksi dalam 24 jam postpartum, hormone HCG menurun dengan cepat, estrogen
turun sampai 10%. Hormone pituary menyebabkan prolaktin meningkat dengan cepat
selama kehamilan, wanita yang tidak laktasi prolaktin menurun sampai keadaan
selama hamil dapat dipengaruhi seberapa banyak ibu menyusui.
Hipolamik pituari ovarium mempengaruhi untuk seluruh
wanita, menstruasi pertama sering menurut siklus anovulasi atau siklus yang
diasosiasikan dengan ketidak kecukupan fungsi korvus luteum. Diantara wanita
laktasi, 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Adanya perubahan dari hormone plasenta yaitu
estrogen dan progesteron yang menurun. Hormone-hormon pituitary mengakibatkan
prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari
ke 3 post partum yang mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin, reflek let.
Down dan reflek sucking selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sitem endokrin. Hormone-hormon yang berperan pada proses
tersebut , antara lain
a. Hormon
plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun dengan
sangat cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta (Human Plasenta
Lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas . Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
b. Hormon
Pituitary
Hormon
pituitary antara lain: hormone
prolaktin, FSH dan LH. Hormone prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam
waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu
ke 3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik
pituitary ovarium
Hipotalamik
pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setekah 12
minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90%
setelah 24 minggu.
d. Hormone
oksitosin
Hormone
oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ke 3 persalinan, hormone oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
e. Hormon
estrogen dan progesteron
Volume
darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan hormone progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dn peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih,
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
REFERENSI
1. Ai
Yeyeh Rukiyah,2011,ASUHAN KEBIDANAN,Jakarta:TIM.
2. Siti
Salehah,2009,ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS,Jakarta:Salemba medika.
3. Anik
Maryuni,2009,ASUHAN PADA IBU DALAM MASA NIFAS (POSTPARTUM),Jakarta:TIM
selamat pagi
BalasHapusboleh tanya mba,, untuk yang pernyataan sekresi oksitosin bisa bisa membantu involusi uteri itu dapet sumber dari mana ya ?
mohon dibalas karena saya butuh sumbernya untuk nyusun proposal .. :D